1.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1
Nama : Susilowati
CGP : Angkatan 5
Dari : SDN Gebangmalang 2
Mojoanyar, Mojokerto, Jawa Timur

Pertama saya akan mengawali refleksi ini dengan sebuah Puisi
BAPAK KI HAJAR DEWANTARA
Bapak Ki Hajar Dewantara
Bapak Pendidikan Indonesia
Beliau mengibaratkan bahwa
Pendidikan seperti Tata Surya
Yang selalu diiringi planet planetnya
Dari planet planet itu
Ada yang berputar cepat
Dan ada yang berputar lambat
Ada yang besar
Dan ada yang kecil
Dan planet planet itu diibaratkan Anak anak didik kita
Yang memilki kharakter yang berbeda beda
Tugas kita, tugas kita, tugas kita
Untuk selalu menuntun mereka
Wahai anak anakku, wahai anak anak Indonesiaku
Mengembanglah, Berkembanglah
Ciptamu, Rasamu, Karsamu dan Karyamu
Jadilah Hambanya, Jadilah Hambanya
Yang Berbudaya, Berpancasila
Menyatu dalam Jiwa dan Raga.
1.Kerangka Pemikiran Ki Hajar Dewantara

- Pendidikan hanya tuntunan dalam tumbuhnya hidup anak yang artinya hidup tumbuhnya anak itu terletak diluar kecakapan atau kehendak pendidik.
Dasar jiwa anak itu ada tiga
a. Anak yang lahir diumpamakan sehelai kertas yang belum ditulisi sehingga pendidik berkuasa untuk membentu watak atau budipekerti sesuai yang diinginkan.
b. Anak lahir sebagai sehelai kertas yang sudah ditulisi sepenuhnya sehingga pendidik tidakbisa merubah apapun yang ada pada diri anak ini.
c. Convergentie theori anak dilahirkan sumpama sehelai kertas yang sudah ditulisi penuh tetapi semua tulisan itu masih samar atau kurang jelas. dalam hal ini pendidik harus menebalkan semua tulisan yang samar tadi yang berisi kebaikan atau nilai nilai kemanusiaan. untuk tulisan yang negatif dibiarkan bahkan semakin disamarkan.
Menurut KHD dasar jiwa anakyang yang relevan yaitu yang ketiga bahwa anak telah memilki kodrat sendiri tinggal pendidik menuntun untuk mempertebal nilai nilai kemanusiaan yang ada pada anak tersebut dengan perkembang zaman yang ada.
Alat Pendidikan atau cara cara dalam mendidik ada 6 yaitu:
Memberi contoh (voorbeld) dan Pembiasaan (Pakulinan) cara ini bisa digunakan saat anak usianya masa kanak kanak yaitu antara 1sampai 7 tahun. Pengajaran ( Wulang wuruk) dan Perintah, paksaan, hukuman ini pada masa pertumbuhan jiwa pikiran yaitu usia 7 sampai 14 tahun. Tindakan dan Pengalaman Lahir dan Batin ini pada masa terbentuknya budi pekerti yaitu usia 14 sampai 21 tahun.
- Metode Montessori, frobel dan taman anak
Metode montessori adalah pembelajaran yang mementingkan seluruh panca indra anak diberi kemerdekaan tetapi permainan tidak dipentingkan.
Metode Frobel adalah pembelajaan menjadikan panca indra sebagai konsentrasi tetapi yang diutamakan adalah permainan anak tapi dalam prosesnya anak masih diperintah.
Metode Taman Anak adalah penggabungan antara montessori dan frabel karena pembelajaan panca indra dan permainan itu tidak bisa dipisahkan dengan anak dibei kemerdekaan belajar.
2. Asas Pendidikan Ki Hajar Dewantara
Pengertian tentang pendidikan menurut beliau yaitu pendidikan dan pengajaran dibedakan untuk memahami arti dan tujuan pendidikan. Pengajaran (onderwijs) adalah bagian dai proses pendidikan dalam memberikan ilmu yang berfaedah untuk kecakapan anak secara lahir dan batin. Sedangkan pendidikan yaitu memberikan tuntunan pada semua kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi tingginya.
"Pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan pesediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas luasnya" (Kemdikbudristek, 2022, h. 9–10).
Pendidikan adalah tempat bersemainya benih benih kebudayaan dalam masyarakat, menjadi ruang berlatih dan tumbuhnya nilai nilai kemanusiaan yang akan diwariskan.
3. Dasar Dasar Pendidikan Yang Menuntun
Tujuan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara yaitu menuntun segala kodrat anak agar dapat mencapai kebahagiaan yang setinggi tingginya baik sebagai individu maupun bagian dari masyarakat. Anak bukanlah kertas kosong yang bisa digambari sesuai keinginan seseorang. Tetapi masing masing anak sudah punya kodrat yang telah diberikan oleh tuhan sejak ia dilahirkan maka disinilah tugas seorang guru untuk bisa menuntun tumbuhnya kemampuan kodrat anak kearah yang positif sesuai dengan nilai nilai luhur budaya yang ada dilingkungan kita.
4. Kodrat Alam Dan Kodrat Zaman
"Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak anak didik, baik mengenai hidup diri dan pribadinya maupun hidup kemasyarakatan, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat dan keadaan, baik pada alam maupun zaman. Sementara itu, segala bentuk isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar dasar dan asas asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat sifat kemanusiaan" (Kemdikbutristek, 2022, h. 11–12). Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa pendidikan menuntun pada anak untuk mencapai kekuatan kodrat alam maupun kodrat zaman. Yang dimaksud kodrat alam disini yaitu disesuaikan dengan nilai nilai luhur budaya yang ada di lingkungan kita (budaya lokal). sedangkan yang dimaksud dengan kodrat zaman ini adalah disesuaikan dengan zaman saat ini misal saat ini adalah zamannya lmu tekhnologi digital kita jadikan ini sebagai sarana kita untuk mengeksplor kkearifan budaya lokal kita dan juga kita jadikan sarana dalam memfasilitasi pendidikan dan pengajaran anak didik kita.
5. Budi Pekerti
Merupakan perpaduan antaragerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. atau perpaduan Cipta (kognitif) karsa (afektif) sehingga menjadi Karya (psikomotor). Dalam pengembangan budipekerti keluarga merupakan lingkungan yang paling ideal sebagai tempat berinteraksi sosial antara ayah, ibu, kakak, adik. Karena keluarga merupakan ekosistem kecil dalam masyarakat. Dengan ini anak dapat sadar bahwa anak adalah bagian dari masyarakat.
6. Semboyan Ki Hajar Dewantara
a. Ing Ngarso Sung Tuladha ketika berada didepan seoang pendidik harus bisa menjadi contoh teladan yang baik
b. Ing Madya Mangun Kersa ketika berada ditengah tengah seoang pendidik harus bisa membangkitkan semangat anak didik.
c. Tut Wuri Handayani ketika berada dibelakang seorang pendidik harus bisa mendorong dan memotivasi anak didik.
7. Menghamba Pada Anak
Dalam konteks ini seorang pendidik harus bisa belajar dari kesalahan dan bisa merasakan apa yang mereka rasakan baik saat sedih ataupun kecewa pada sesuatu yang kita lakukan dengan rasa ini menjadikan pendidik lebih memperbaiki diri lagi unruk tidak melakukan hal sama. Kemudian seorang pendidik harus bisa lebih mendengarkan dan memahami kharakter anak didik agar bisa memfasilitasi sesuai kebutuhan anak tersebut dengan kesadaran dan keikhlasan sepenuhnya.
Kesimpulan dan refleksi terhadap pemikian KHD:
1. Apa yang anda percaya tentang murid dan pembelajaran dikelas sebelum anda mempelajari pemikiran KHD?
Sebelumnya saya percaya bahwa murid adalah kertas putih yang didalamnya tidak terdapat satupun tulisan sehingga guru atau pendidik bebas menuliskan sesuatu dengan kehendakanya.
sebelumnya pembelajaran dikelas saya kadang masih menggunakan cara mengancam seperti kalau kurang rapi tugasnya hanya mendapat bintang satu lo nanti mama dirumah sedih kecewa.
2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku anda setelah mempelajari pemikian KHD?
Jalan pemikiran saya mulai terbuka dan menjadi pencerahan bagi saya bahwa pemikiran KHD sangat relevan dengan kenyataan bahwa seorang pendidik hanya menuntun anak didik untuk menguatkan segala kodrat yang dimiliki anak agar mencapai kebahagiaan dunia akhirat.
Dan ini sangat merubah kebiasaan saya yang dulu membujuk anak aga mau mengaerjakan tugas dengan ancaman tetapi sekarang berbeda lebih mendengarkan, memfasilitasi apa kehendak anak dulu agar anak merdeka dalam belajar sehingga belajar lebih menyenangkan.
3. Apa yang segera dapat anda terapkan lebih baik agar kelas anda mencerminkan pemikiran KHD?
a. Saya harus lebih memberikan contoh dan melakukan kegiatan belajar bersama sama agar muncul kesadaran oh ibu guru juga sama belajar, berdo'a, membaca dsb.
b. Saya mulai dari diri sendiri yaitu saya harus menata sikap dan perilaku ( lebih menghargai dan mendengarkan kebutuhan anak didik ). Serta menambah wawasan saya tentang kearifan budaya yang ada dilingkungan.
c. Saya harus melakukan pembelajaran yang merdeka dan menyenangkan (mendisain pembelajaran yang nyaman, murid tidak merasa terpaksa dalam pelaksanaannya)
d. Saya harus berkolaborasi dengan murid bekerja sama menanyakan apa yang disukai dan tidak disukai saat pembelajaran, sehingga guru bisa memodifikasi lagi desain pembelajaran seperti menggunakan smartphone untuk media pembelajaan.
e. saya harus memasukkan konteks budaya lokal dalam pembelajaran sehari hari.
Terimakasih...
BalasHapusPemaparan yang cukup bagus dan lengkap bu Susi..tinggal sekarang bagaimana mengaplikasikan pada siswa ketika disekolah untuk mencapai tujuan dari pembelajaran yaitu merdeka belajar yang bisa dilakukan oleh siswa.
BalasHapus